Di tengah-tengah keputusasaan mengenai pendidikan di Korea Selatan, di mana guru sudah sejak lama kehilangan pengaruhnya dalam mendidik muridnya, maka tentu kenakalan remaja sangat merajalela. Perundungan yang sangat umum terjadi di sana, bukan hanya murid yang lemah dan tak berdaya, tapi guru pun ikut menjadi korban dari perundungan tersebut. Hal inilah yang jadi sorotan cerita webtoon The Real Lesson.
Tapi, di sisi lain, kebobrokan guru-guru yang ikut andil dalam kekacauan tersebut tentunya juga tidak bisa dilupakan begitu saja. Guru yang merundung muridnya yang tak berdaya namun berprestasi karena disuap untuk menaikkan nilai dan peringkat murid lainnya, guru yang menjejali murid-murid berumur dini dengan pola pikir radikal, dan sebagainya.
Tentu kita mungkin tak bisa berharap banyak, guru sendiri saja yang merupakan orang dewasa tidak didengarkan oleh mereka, bagaimana bisa hal ini berubah? Tapi, pada suatu hari, sebuah cahaya muncul.
Diumumkannya pembentukan Badan Hak Pendidik yang memiliki hak untuk memakai kekerasan dalam pendidikan, dan dinaungi oleh menteri pemerintahan, menjadi berita fenomenal. Banyak pro dan kontra yang muncul. Tapi, bagi orang-orang yang dirugikan oleh kekacauan ini, setidaknyahal ini membuat mereka memiliki harapan.
Nah, itu lah preview dari webtoon ini.
Webtoon The Real Lesson, yang juga memiliki judul lain yaitu True Education atau Get Schooled merupakan manhwa atau komik yang berasal dari Korea Selatan, ditulis oleh Chae Yongtaek dan digambar oleh Han Garam.Chae Yongtaek dan Han Garam sendiri memiliki karya lain yaitu Reawakened Man yang juga bergenre aksi dan drama.
Ditayangkan oleh Webtoon Indonesia pada tahun 2021, kini webtoon ini telah memiliki total 69 episode, dan kamu bisa mengikuti sepak terjang Na Hwajin dan Lim Hallim, di mana hanya mereka berdua lah anggota dari Badan Hak Pendidik tersebut.
Lalu, mungkin kalian belum tertarik setelah membaca preview di atas. Nah, di sini Nakama bakal kasih tahu kalian, kenapa sih harus baca webtoon yang sempat ramai di TikTok ini, yuk simak ulasannya!
Membahas Mengenai Kritik & Harapan Untuk Pendidikan
Pada awal webtoon ini, kita diberi konteks bahwasannya di Korea Selatan —latar tempat dari webtoon ini, mengingat bahwa ini merupakan komik asal dari negara ginseng tersebut— tengah marak kenakalan remaja di sekolah, seperti perundungan.
Tentunya jika kalian seorang penikmat musik kpop atau drakor, kalian tidak akan kaget mengetahui fakta tersebut, bahkan sangat umum untuk menjadi sebuah permasalahan yang digaungkan di musik, video musik, dan drama.
Di sana sendiri ada peraturan mengenai pelarangan hukuman fisik yang telah disetujui oleh pemerintah, bahkan sejak tahun 2011. Mengenai aturan ini, kalian bisa baca pada foto di atas yang telah ditunjukkan sedari awal webtoon ini.
Intinya, semua tenaga pendidik seperti guru, dilarang untuk memberikan hukuman fisik pada muridnya. Mungkin kalian sendiri cukup akrab dengan hal ini, mengingat di Indonesia sendiri banyak kejadian di mana guru dipidana karena menghukum fisik muridnya, dan beberapa wali dari murid tersebut tidak terima dengan hal tersebut dan melaporkannya.
Tentunya, hal itu berkaitan erat dengan permasalah Hak Asasi Manusia, sehingga banyak yang mendukung hal tersebut, terlebih para orang tua yang akhirnya bisa tenang karena anaknya tidak akan menerima perlakuan kasar dari guru-gurunya.
Tapi, apakah benar begitu adanya?
Faktanya, dengan diberlakukan peraturan tersebut, guru kesulitan dalam membimbing murid-muridnya sebagai dampak dari hal ini. Tentu, kita membahas bahwa tidak semua murid memiliki perilaku yang baik, kepada guru maupun teman sebayanya.
Murid-murid yang bermasalah ini, meskipun menimbulkan berbagai macam ‘kasus’ secara terang-terangan, sekolah tidak memiliki andil yang cukup besar untuk menghukum mereka. Bahkan, beberapa murid bisa memanfaatkan keadaan tersebut dengan licik, untuk memberikan mereka keuntungan pribadi.
Ancaman ini disadari oleh pemerintah, sehingga dibuatlah Badan Hak Pendidik seperti yang telah diceritakan sebelumnya bersamaan dengan diloloskannya undang-undang baru berupa perlindungan hak pendidik.
Nakama merasa topik ini sangat menarik untuk dibawakan, bahkan terbilang seru. Bagaimana mereka dengan tegas menjawab pertanyaan jurnalis yang dengan keras menolak hal tersebut, bagaimana Na Hwajin dan juga Lim Hallim yang cerdik dalam mengurus anak-anak bermasalah, dan bagaimana terkadang kita harus keras terhadap anak-anak seperti itu.