Hipokondria merupakan sebuah obsesi atau kecemasan irasional ketika pengidapnya yakin sedang memiliki penyakit serius di dalam tubuhnya. Kondisi ini ditandai dengan orang sehat berimajinasi bahwa ia sedang memiliki gejala psikis penyakit dalam dirinya.
Berdasarkan Dr. Timothy Scarella, seorang instruktur psikiater di Harvard Medical School menyebutkan orang dengan hipokondria biasanya takut akan penyakit parah seperti HIV, kanker, atau dementia.
Ketakutan akan penyakit tertentu ini dapat memengaruhi kehidupan sehari-hari. Selain itu, kondisi ini menyebabkan pengidapnya melakukan tes tidak penting, menghabiskan waktu ke dokter, atau menghabiskan waktu untuk khawatir tentang hal tidak diperlukan.
Scarella juga menyebutkan bahwasanya hipokondria merupakan kondisi umum, diketahui diidap oleh 4% hingga 5% orang. Tidak seperti penyakit mental lainnya, hipokondria bisa diidap oleh laki-laki maupun perempuan secara rata.
Penyebab hipokondria berkembang
Mengutip tulisan di laman healthline, para peneliti juga belum terlalu yakin penyebab dari hipokondria. Akan tetapi, beberapa faktor di bawah ini menjadi kemungkinan:
- Seseorang memiliki pemahaman rendah terkait gejala-gejala pada tubuh dan penyakit. Oleh karena itu, mereka memiliki pikiran semua respon dari tubuh merupakan gejala dari penyakit-penyakit serius. Sehingga ini mengarahkan seseorang untuk mencari bukti sebagai konfirmasi bahwa di dalam tubuhnya ada penyakit serius.
- Pengaruh dari keluarga atau orang terdekat dengan konsentrasi mengenai kesehatan tubuh.
- Memiliki pengalaman mengidap penyakit serius di masa lalu pada saat kanak-kanak. Sehingga semua tanda-tanda dari tubuh menjadi sebuah ketakutan di saat dewasa.
Hipokondria biasanya timbul pada awal atau pertengahan masa dewasa, dan menjadi lebih parah tergantung umur. Untuk orang-orang lebih tua, hipokondria menjadi fokus pada ketakutan akan berkembangnya masalah memori.
Faktor-faktor lain penyebab hipokondria berkembang seperti:
- Peristiwa atau situasi membuat stres
- Kemungkinan penyakit serius ternyata tidak seserius itu
- Mendapatkan pelecehan saat kanak-kanak
- Pernah menderita penyakit serius pada masa kanak-kanak
- Memiliki kepribadian selalu khawatir akan semua hal
- Memeriksa kesehatan secara berlebihan melalui internet
Perbedaan antara kepedulian terhadap kesehatan dan hipokondria
Jika tubuh mengirimkan tanda-tanda sedang tidak dalam keadaan baik, merupakan hal wajar untuk merasa khawatir. Namun, hipokondria ditandai dengan kepercayaan konstan bahwa seseorang sedang atau memiliki gejala dari penyakit-penyakit tertentu.
Menurut Dr. Scarella, terdapat perbedaan menurut medis antara orang tidak memiliki gejala dengan gejala minimal dan sering khawatir serta cemas menjadi sakit, dengan orang fokus khawatir dengan gejala tertentu.
Jika seseorang memang merasa khawatir tentang kondisi tubuhnya, hal paling rasional bisa dilakukan yaitu dengan pergi ke dokter.
Akan tetapi, orang dengan kondisi ini merasakan kekhawatiran ekstrim terkait gejala pada tubuh meskipun telah melakukan pengecekan dan hasilnya negatif.
Orang dengan hipokondria sering salah diinterpretasikan gejala fisik normal dan menghubungkannya dengan sesuatu lebih serius.
Lalu, bagaimana perbedaan antara ketika tubuh memang dalam kondisi sakit, atau hanya kekhawatiran serta kecemasan menjadi sakit? Berikut ini ada beberapa tanda dari hipokondria:
- Tidak memiliki gejala apapun, namun tetap merasa jika sedang sakit
- Ketika dokter harus meyakinkan berulang kali atau test kesehatan menunjukkan bahwa seseorang sehat, namun masih ada rasa khawatir dan kelegaan.
- Seseorang secara konstan mengecek kesehatannya melalui internet
- Ketika sedang membaca cerita atau berita mengenai suatu penyakit, timbul kekhawatiran bahwa sedang mengidap penyakit tersebut
- Khawatir berlebihan mengenai kesehatan mengganggu kehidupan, keluarga, pekerjaan, hobi, dan aktivitas lainnya.
Penanganan hipokondria
Perawatan untuk hipokondria berfokus pada peningkatan gejala dan kemampuan seseorang berfungsi di kehidupan sehari-hari. Biasanya, pengobatan melibatkan psikoterapi dan terkadang juga meresepkan obat-obatan.
- Perawatan paling umum untuk kondisi ini adalah dengan pergi ke psikoterapi, lebih spesifiknya cognitive behavioral therapy (CBT). CBT bisa menjadi sangat efektif untuk mengobati hipokondria karena terapi ini mengajarkan kemampuan untuk menangani gejala-gejala dari hipokondria. Beberapa manfaat dari CBT yaitu:
- Mengidentifikasi kecemasan dan kepercayaan hipokondria
- Belajar berbagai macam cara untuk mengenali tanda-tanda sebagai bentuk respon tubuh dengan mengubah cara berpikir
- Meningkatkan kesadaran bagaimana kecemasan berlebihan itu berdampak pada perilaku
- Merespon semua gejala dari dalam tubuh dengan cara berbeda
- Belajar cara menangani kecemasan dan stres
- Belajar cara berhenti untuk menghindari situasi dan aktivitas karena gejala-gejala ditimbulkan oleh tubuh
- Menghindari memeriksakan tubuh untuk mencari tanda penyakit berulang kali untuk mencari jaminan bahwa sedang dalam keadaan sehat
- Memperbanyak kegiatan baik di rumah, kantor, sekolah, atau dalam lingkungan sekolah, serta hubungan dengan orang lain
- Memeriksa apakah sedang menderita gangguan kesehatan mental lainnya, seperti depresi atau gangguan bipolar’
- Pengobatan medis
Jika dengan menggunakan psikoterapis sudah menunjukkan tanda-tanda kebaikan, maka penggunaan pengobatan medis tidak diperlukan.
Jika seseorang memiliki gangguan suasana hati atau kecemasan selain hipokondria, obat-obatan digunakan untuk mengatasi kondisi tersebut juga dapat membantu.
Beberapa obat untuk hipokondria memiliki resiko dan efek samping cukup serius. Oleh karena itu, penting untuk meninjau opsi perawatan dengan dokter secara keseluruhan.
Ingin tahu informasi tentang Pop Culture dan Lifestyle lainnya? Cek terus Yunoya Media dan like fanpage Facebook Yunoya Media di sini, ya!