Menurutmu, kebahagiaan itu apa sih? Apakah hanya sekadar perasaan senang? Well, setiap orang mempunyai makna ‘bahagia’ menurut mereka, tetapi apakah kamu pernah mendengar tentang konsep kebahagiaan?
Secara garis besar, terdapat dua konsep kebahagiaan, yaitu kebahagiaan eudaimonisme dan kebahagiaan hedonisme. Dua konsep ini bersifat saling bertolak belakang, namun kedua konsep ini ternyata dimiliki oleh setiap orang.
Penasaran? Yuk, langsung simak penjelasan kedua konsep kebahagiaan di bawah ini!
Konsep Kebahagiaan Eudaimonisme
Kebahagiaan eudaimonisme adalah kebahagiaan yang dirasakan atau didapatkan dari makna dan tujuan suatu peristiwa. Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Aristoteles di dalam karyanya yang berjudul, “Nicomachean Ethics“.
Aristoteles menyatakan bahwa kebahagiaan dapat diraih ketika seseorang menjalani kehidupan sesuai dengan tujuan hidupnya, dimana setiap orang berusaha untuk menjadi versi terbaik mereka untuk menemukan makna dan tujuan hidup mereka. Proses itulah yang menjadi sumber kebahagiaan seseorang.
Kebahagiaan eudaimonisme biasanya bersifat jangka panjang karena kebahagiaan ini didapatkan dari suatu proses dalam kehidupan. Contohnya adalah dengan menempuh pendidikan, bekerja, membantu seseorang, dan kegiatan lainnya yang dapat mengembangkan diri kita.
Konsep Kebahagiaan Hedonisme
Berbeda dengan kebahagiaan eudaimonisme, kebahagiaan hedonisme adalah kebahagiaan yang didapatkan dari kesenangan dan kenikmatan suatu peristiwa.
Konsep kebahagiaan hedonisme pertama kali diperkenalkan oleh Aristippus, seorang filsuf dari Yunani, ketika beliau mengajarkan bahwa tujuan utama dalam hidup seseorang adalah dengan memaksimalkan kesenangan.
Berbagai filsuf dan ahli psikologi yang mempelajari arti bahagia dari sudut pandang hedonisme menemukan bahwa kebahagiaan hedonisme dapat diraih dengan memaksimalkan kesenangan dan meminimalkan rasa sakit.
Kebahagiaan hedonisme biasanya bersifat sementara karena kebahagiaan yang didapatkan pun bersifat instan. Misalnya, merasa senang setelah membeli sesuatu yang diinginkan, makan makanan yang enak, dan melakukan kegiatan lainnya yang menyenangkan.
Mana yang Lebih Baik? Eudaimonisme atau Hedonisme?
Setelah memahami masing-masing konsep kebahagiaan, kalian mungkin berpikir konsep kebahagiaan manakah yang sebaiknya diterapkan dalam menjalani kehidupan.
Kebahagiaan eudaimonisme memang dapat memberikan kebahagiaan jangka panjang, namun apakah kebahagiaan hedonisme yang bersifat sementara tidak boleh diterapkan?
Kebahagiaan hedonisme dapat memberikan kebahagiaan instan untuk memperbaiki mood saat merasa down dan tidak bersemangat. Lantas, apakah kebahagiaan eudaimonisme menjadi tidak berarti?
Suatu studi yang dilakukan oleh Henderson, Knight, dan Richardson tentang perilaku eudaimonisme dan hedonisme, menemukan bahwa kebahagiaan eudaimonisme dan hedonisme sama-sama memberikan kebahagiaan dengan cara yang berbeda.
Hasil studi tersebut menyebutkan bahwa perilaku hedonisme dapat meningkatkan emosi positif, kepuasan, dan membantu dalam meregulasi emosi. Selain itu, perilaku hedonisme juga dapat mengurangi emosi negatif, stres, dan depresi.
Sementara itu, perilaku eudaimonisme dapat menuntun seseorang untuk lebih memahami makna kehidupan dan menyadari maksud suatu peristiwa, sehingga dapat memahami tujuan hidupnya.
Maka, dapat disimpulkan seseorang perlu menerapkan konsep kebahagiaan eudaimonisme dan hedonisme untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan yang maksimal.
Jadi, jawabannya adalah tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk. Kedua konsep kebahagiaan tersebut memang saling bertolak belakang, tetapi juga saling melengkapi.
Setiap orang membutuhkan kebahagiaan eudaimonisme dan hedonisme untuk mencapai kebahagiaan maksimal yang mereka cari.
Ingin tahu informasi tentang Pop Culture dan Lifestyle lainnya? Cek terus Yunoya Media dan like fanpage Facebook Yunoya Media di sini, ya!