Pada saat ini, penggunaan media sosial atau biasa disingkat medsos, menjadi bagian dari kehidupan dan kegiatan sehari-hari. Orang-orang menggunakan media sosial dengan berbagai macam latar belakang.
Alasan-alasan tersebut mencakup; berkomunikasi dengan keluarga, kolega kerja, membaca berita, dan bahkan untuk memberikan opini terkait politik, dan lain sebagainya.
Beberapa tahun belakangan, media sosial mengalami kenaikan signifikan. Berdasarkan laporan dari Pew Research Center mengenai penggunaan sosial media pada masyarakat Amerika Serikat, tercatat sebanyak 72% dari total populasi merupakan pengguna media sosial.
Saat ini, tercatat belum ada penelitian mengenai dampak media sosial dalam waktu jangka panjang. Hal ini juga dikarenakan popularitas penggunaan media sosial terhitung relatif baru.
Namun, ada beberapa penelitian mengindikasikan dampak-dampak buruk disebabkan penggunaan sosial media.
Mengutip dari laman very well mind, media sosial memiliki kaitan erat dengan kesehatan mental penggunanya. Dampak buruk tersebut meliputi perasaan cemas, depresi, kesepian, kecemburuan, dan lain sebagianya.
Alasan media sosial berkembang begitu pesat
Terdapat beberapa alasan mengapa media sosial sangat populer di kalangan masyarakat selain sebagai alat untuk terkoneksi antar-sesama manusia:
- Media sosial sebagai pendukung konektivitas
Penggunaan media sosial memungkinkan penggunanya untuk terkoneksi dengan keluarga ataupun teman. Terlebih, seperti pada masa pandemi sekarang, media sosial menjadi suatu alat komunikasi penting selama pandemi.
Selama pandemi media sosial sudah seperti ujung tombak, terlebih ketika social distancing diberlakukan. Segala sesuatu dilakukan dari rumah, seperti melakukan pertemuan, rapat, belajar daring, dan lain-lain.
- Media sosial meningkatkan kepercayaan diri
Media sosial juga dapat meningkatkan kepercayaan diri seseorang, terlebih ketika penggunanya merupakan pengguna aktif, dan dipandang baik secara online. Seperti saat ini, orang-orang ini biasa kita beri label dengan sebutan “seleb”.
Apalagi, ketika akun media sosialnya memiliki pengikut dalam jumlah besar, mendapat jumlah suka dan interaksi aktif di konten mereka. Melalui media sosial beberapa orang dapat membagikan suatu hal dalam diri mereka yang mungkin sulit untuk dikomunikasikan secara langsung.
Selain itu, media sosial juga dapat membantu orang-orang dengan kecemasan sosial untuk berinteraksi secara online, dikarenakan masalah kesulitan berinteraksi dengan orang lain secara langsung.
Bagaimana media sosial memberikan efek terhadap kesehatan mental
Beberapa penelitian menemukan dampak buruk dari penggunaan sosial media, terutama pada kesehatan mental.
- Penggunaan media sosial berkontribusi pada depresi
Ketika memakai media sosial seharusnya mendekatkan orang-orang yang terhalang oleh jarak, penggunaan media sosial juga memiliki efek sebaliknya. Penggunaan media sosial media secara berlebihan dikaitkan terhadap depresi, perasaan cemas, dan kesendirian.
Sebuah penelitian menunjukkan, para remaja dengan media sosial lebih dari dua jam dalam satu harinya, dikaitkan dengan kesehatan mental rendah dibandingkan dengan mereka pengguna pasif media sosial.
Sementara itu, sebuah studi berskala besar dirilis oleh Wiley Online Library menghasilkan media sosial pasif memiliki kemungkinan tiga kali lebih kecil untuk mengalami gejala depresi, dibanding dengan pengguna media sosial aktif.
- Media sosial juga bisa membuat seseorang menjadi tidak percaya diri
Selain meningkatkan risiko depresi dan kecemasan, media sosial juga memberikan efek pada kesehatan mental dengan beberapa cara. Penggunaan media sosial bisa menyebabkan seseorang merasa tidak pernah puas terhadap kehidupan.
Meskipun seseorang sadar bahwa apa yang ada di dunia maya itu merupakan sebuah manipulasi atau menggambarkan gaya hidup orang lain, hal itu masih bisa menyebabkan seseorang merasa tidak percaya diri, tidak puas, dan menimbulkan kecemburuan.
- Media sosial dijadikan sebagai coping mechanism
Efek lain dari media sosial pada kesehatan mental yaitu sebagai alternatif untuk mengatasi perasaan tidak nyaman. Coping mechanism sendiri dapat dimaknai sebagai perilaku seseorang untuk mengatasi masalah dengan cara menghindari, menjauhi masalah yang ada.
Sebagai contoh, ketika seseorang beralih ke media sosial saat merasa kesepian, sedih, ataupun bosan, hal itu berpotensi menjadikan media sosial sebagai sarana untuk menjauh sementara dari hal-hal tidak diinginkan.
Pada akhirnya, media sosial menjadi sebuah alternatif buruk bagi seseorang untuk menenangkan diri. Karena pada dasarnya, menggunakan media sosial secara berlebihan bukannya memberikan efek bagus, namun malah sebaliknya.