Apa itu altruisme? Altruisme adalah perilaku perhatian tanpa pamrih terhadap orang lain—melakukan sesuatu hanya karena ingin membantu, bukan karena merasa berkewajiban karena alasan tugas, kesetiaan, atau agama. Ini melibatkan tindakan kepedulian untuk kesejahteraan orang lain.
Pada beberapa kasus, tindakan altruisme membahayakan kesejahteraan dan kesehatan individu karena ingin membantu orang lain. Perilaku seperti itu seringkali dilakukan tanpa mengharapkan imbalan apapun.
Pada kasus lain, dikenal sebagai sikap altruisme timbal balik, ketika seseorang melakukan tindakan untuk membantu orang lain dengan harapan orang yang mereka tolong menawarkan bantuan kembali sebagai balasannya.
Tanda-tanda perilaku Altruisme

Psikologi sosial tertarik dan bertanya, mengapa perilaku altruisme bisa terjadi. Kenapa dan apa penyebab seseorang mempertaruhkan diri sendiri untuk membantu orang lain.
Altruisme merupakan perilaku, oleh psikolog sosial dirujuk sebagai salah satu bentuk perilaku prososial. Perilaku prososial mengacu kepada tindakan memberikan keuntungan kepada orang lain, tidak peduli apa motifnya dan bagaimana si pemberi tindakan mendapatkan manfaat dari tindakan itu.
Berikut ini merupakan beberapa contoh perilaku Altruisme:
- Melakukan sesuatu untuk membantu orang lain tanpa mengharapkan imbalan apapun.
- Melupakan hal-hal yang memberikan keuntungan pribadi ketika itu merugikan orang lain.
- Membantu seseorang meskipun ada bahaya atau resiko terjadi pada diri sendiri.
- Berbagi sumber daya ketika sedang mengalami kelangkaan.
- Menunjukkan kepedulian terhadap kesejahteraan orang lain.
Tipe-tipe Altruisme

- Altruisme genetik
Sesuai dengan namanya, tipe altruisme ini melibatkan tindakan altruistik terhadap anggota keluarga dekat. Misalnya, orang tua atau anggota keluarga lain, untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga.
- Altruisme timbal balik
Altruisme jenis ini didasarkan hubungan saling memberi dan menerima. Ini termasuk ketika membantu orang lain pada saat ini, dengan harapan suatu hari nanti akan diberikan bantuan serupa dari orang yang ditolong.
- Altruisme terhadap kelompok
Tindakan altruistik pada tipe altruisme ini melibatkan tindakan membantu orang-orang berdasarkan afiliasi terhadap kelompok. Daripada membantu seseorang terikat secara genetik, individu melakukan tindakan altruisme ini memilih untuk membantu orang lain atau mendukung tujuan sosial bagian dari kelompoknya.
- Altruisme murni
Atau juga dikenal dengan altruisme moral, melibatkan tindakan membantu orang lain—meskipun berisiko, tanpa mengharapkan imbalan apapun. Altruisme tipe ini dimotivasi oleh nilai-nilai dan moral yang diinternalisasi.
Bagaimana sikap Altruisme bisa tercipta?

Psikolog telah memaparkan beberapa penjelasan berbeda terkait adanya perilaku Altruisme. Beberapa teori meliputi:
- Evolusi
Psikolog telah lama berdebat mengenai apakah beberapa orang memang terlahir dengan kecenderungan alami untuk membantu orang lain. Sebuah teori menunjukkan bahwasanya altruisme bisa dipengaruhi oleh genetika.
Kin selection merupakan sebuah teori revolusioner, mengusulkan bahwa orang-orang lebih memilih untuk menolong orang dengan keterikatan darah, karena akan meningkatkan kemungkinan penularan gen ke generasi mendatang.
Rilisan studi oleh Social Cognitive and Affective Neuroscience menghasilkan perilaku prososial seperti altruisme, kegotong-royongan, dan empati memiliki basis dari gen.
- Penghargaan berbasis otak
Sebuah studi pada tahun 2014 menghasilkan, dengan melibatkan diri pada tindakan dengan perasaan simpati mengaktifkan area pada otak, berkaitan dengan reward system, termasuk area dopaminergic ventral tegmental area dan ventral striatum.
- Lingkungan
Sebuah studi mengusulkan bahwasanya melakukan interaksi dan hubungan dengan orang lain memiliki peran besar dalam membangun perilaku altruistik. Pada studi tersebut menemukan, dengan bersosialisasi memiliki dampak signifikan pada tindakan altruistik oleh anak usia satu hingga dua tahun.
Selain itu, ketika anak-anak mengamati sebuah tindakan altruisme timbal balik lebih cenderung melakukan tindakan altruistik. Di sisi lain, tindakan ramah namun non-altruistik tidak menimbulkan efek yang sama.
- Normal sosial
Peraturan, norma, dan ekspektasi pada lingkungan masyarakat juga mempengaruhi apakah orang-orang ikut serta dalam perilaku altruistik. Norma timbal balik, misalnya, memberikan tekanan kepada individu untuk melakukan kebaikan sebagai pengganti ketika seseorang memberikan bantuan.
- Memiliki motivasi/dorongan
Meskipun definisi tindakan altruisme mencakup tindakan menolong orang lain tanpa mengharapkan imbalan apapun, namun masih ada dorongan kognitif menjelaskan kenapa perilaku itu bisa terjadi.
Apa saja dampak dari Altruisme?

Penelitian menunjukkan bahwasanya altruisme memiliki banyak manfaat dan dapat membantu seseorang lebih bahagia dan lebih sehat.
- Kesehatan yang lebih baik. Penelitian telah menemukan bahwa dengan berperilaku altruistik dapat meningkatkan kesehatan fisik dengan berbagai cara. Ketika seseorang rutin menjadi relawan, secara keseluruhan mereka akan memiliki kesehatan fisik lebih baik, dan secara teratur terlibat dalam perilaku memberi bantuan dikaitkan dengan risiko kematian jauh lebih rendah.
- Kesejahteraan mental lebih baik. Melakukan hal-hal baik kepada orang lain membantu seseorang untuk merasa baik tentang diri sendiri maupun dunia. Rilisan studi pada jurnal International Journal of Behavioral Medicine menghasilkan berbuat baik terhadap orang lain mampu meningkatkan kebahagiaan seseorang.
- Hubungan romantis yang lebih baik. Menjadi baik dan penuh kasih sayang bisa mengarahkan seseorang untuk memilih hubungan lebih baik bersama pasangan. Studi pada tahun 2019 menunjukkan kebaikan merupakan salah satu kualitas terpenting dan dicari semua orang di semua budaya dalam hubungan romantis.
Nah, demikian informasi tentang seluk-beluk altruisme yang perlu kamu tahu, guys. Bagaimana? Apakah temanmu ada yang punya sifat mulia ini?
Ingin tahu informasi tentang Pop Culture dan Lifestyle lainnya? Cek terus Yunoya Media dan like fanpage Facebook Yunoya Media di sini, ya!