Kenapa Film Adaptasi Game Sering Gagal? Hollywood, ketika mendengar namanya saja langsung terbesit bayangan pusat industri hiburan terutama perfilman raksasa yang sudah melegenda ratusan tahun semenjak Revolusi industri masuk ke dunia barat.
Namun siapa yang menyangka kalau dibalik kiprah kesuksesan perfilman Hollywood juga tersimpan berbagai sejarah memilukan khususnya gagalnya beberapa lini industri yang digagas salah satunya adaptasi game ke film?
Pemirsa pembaca Yunoya Media, inilah Topik hangat seputar kegagalan Hollywood dalam menggarap adaptasi video game yang akan menjadi hidangan utama kita kali ini selamat menikmati
Take A: Pahami dulu sejarahnya
Well, industri perfilman Hollywood memang terbilang sudah cukup banyak makan asam garam sejak perkembanganya di awal era abad 20.
Ini terjadi sejak pengembangan kamera pertama yang perlahan tapi pasti mengambil alih fungsi Opera dan pentas panggung sejenis yang jauh lebih dulu menjadi gaya hidup masyarakat Eropa selama berabad abad.
Praktis semenjak berakhirnya perang dunia ke II industri perfilman Barat menjelma menjadi konsumsi utama sebagai bagian dari budaya pop modern menyusul mulai hadirnya televisi sebagai tonggak lahirnya industri hiburan di rumah.
Semua ini ditopang juga dengan perkembangan teknologi Audio Visual yang terus menerus mengalami Metamorfosis baik dari segi kualitas, penyajian hardware hingga target audience yang makin beragam.
Teknologi Audio Visual juga melahirkan berbagai produk produk sampingan yang kebanyakan disasar untuk komersialisasi hiburan keluarga seperti Video player, kamera saku dan lain sebagainya Fenomena ini terus mengalami proses yang panjang dan kemudian mengerucut kepada lahirnya Video Game yang eksistensinya dimulai sejak 1950 an.
Namun, jelasnya keberadaan Video Game baru diakui 2 dekade kemudian ketika Mesin Arcade, Konsol mulai muncul di permukaan dan diterima oleh masyarakat sebagai bagian dari budaya populer bersanding dengan dunia perfilman.
Selain melahirkan para Sineas berbakat, Industri perfilman juga merupakan wadah yang turut membidani lahirnya berbagai inovasi mulai dari perkembangan Visual Effect hingga pemenuhan selera pasar seperti adaptasi Film dari media lain.
Contohnya, ada 007 series, dan juga The Godfather dimana keduanya merupakan adaptasi dari Novel karya Ian Fleming dan Mario Puzo yang melegenda dan cukup sukses di pasaran. Ada juga adaptasi film yang berasal dari Komik seperti Batman dan Superman dari DC yang di lain waktu juga ditiru oleh Marvel lewat kehadiran Iron Man, Captain America dll di MCU. tentu saja budaya ini sudah terjadi sejak lama, jauh lebih lama dari usia generasi kita malah.
Memasuki Era 80an industri perfilman khususnya Hollywood sudah bertransformasi menjadi apa yang orang sebut sebagai Leading Innovation dan World Class. Kerja keras Hollywood memang patut diacungi jempol. Kreatifitas para sineas dan didukung oleh kelompok pemasaran yang dikemas Epik saat itu melahirkan begitu banyak karya karya spektakuler dan seringkali dilabeli Box Office dan Blockbuster.
Permintaan pasar yang cenderung konsumtif dan tidak ada habisnya seolah menguras pikiran para perusahaan terkait lengkap dengan jiwa yang cenderung Kapitalis untuk tetap terus Up To Date.
Dan seperti asam di gunung dan garam di laut yang bertemu bersama di meja makan, muncullah ide untuk membuat sebuah ceruk pasar yang baru. Dan disinilah segala sesuatu yang membentuk Image Game To Movie dimulai. Apakah sesuai ekspektasi atau malah jadi sasaran kemarahan dan kekecewaan Fans? Mari kita simak di poin berikutnya
Game to Movie: inovasi atau bencana?
Menurut saya pribadi ada dua hal yang mendasari latar belakang dibuatnya adaptasi Game ke film layar lebar
-
Perkembangan Teknologi Visual Efek dimana perusahaan film berlomba lomba menjadi yang terdepan untuk mengenalkan fitur fitur baru dan kebetulan saja Video Game merupakan wadah yang tepat. Begitu juga sebaliknya
-
Kebutuhan kedua belah pihak baik dari produsen video game maupun Film yang menginginkan perluasan pasar dan tentu saja ini akan memperluas target penjualan yang menguntungkan lewat turunan Produk dan tentu saja potensi Market Sharing.
Nah kedua hal tersebut merupakan cikal bakal yang sebenarnya bersifat Pararel karena nantinya kita akan melihat bahwa produsen Video Game juga melakukan hal yang sama. Adaptasi Film ke Game maksudnya.
Akhir 80an pun tiba dan memasuki Era 90an dimulailah Eksekusi Adaptasi Video Game ke film untuk pertama kalinya.
Siapa pemain pertamanya? Tentu saja kita harus sepakat bahwa dimasa itu Super Mario Bros merupakan salah satu Titel yang lagi getol getolnya mengemuka di pasar barat meskipun sekali lagi sangat disayangkan Entri pertama untuk tipe Adaptasi ini sangat diluar ekspektasi alias gagal total.
Super Mario Bros Movie yang dirilis pada 28 Mei 1993 menjadi awal dari tradisi atau bahkan kutukan yang menjalar di Segmen pasar Game to Movie.
Banyak Aspek dalam game yang seolah olah dipaksakan masuk ke dalam format yang sudah pasti tidak sesuai seperti adegan, Setting tempat, Karakteristik tokoh yang cenderung diluar konteks daripada Gamenya sendiri dan ini menjadi mata rantai penghubung di beberapa karya setelahnya.
Dibanding adaptasi Novel, Komik, maupun Kartun yang jauh lebih mendingan, Adaptasi Game jelas terlihat sering gagal membawa gagasan dan Jiwa dari Source Materialnya sendiri dan ironisnyaseringkali hal semacam ini tidak diindahkan baik oleh Sutradara maupun Developernya sendiri.
Take B: Kunci Kegagalan Film Adaptasi Game
Perlu saya tegaskan kembali disini bahwa Opini ini bersifat pribadi dan tidak pernah ada maksud untuk menjatuhkan Title manapun. Oke, hal pertama yang harus kita garis bawahi ketika menyinggung gagalnya adaptasi Movie dari Video Game adalah kurang lebih disebabkan oleh beberapa Aspek yang berpola dari satu judul ke judul berikutnya. beberapa hal yang bisa saya paparkan adalah sebagai berikut:
1. Gimmick yang Tidak Sesuai
perlu dipahami bahwa pendekatan untuk merancang Game dan Film ibaratnya langit dan bumi. yang menarik dan seringkali membuat adaptasi semacam Game to Movie bermasalah adalah kurangnya pemahaman untuk mengeri jenis Format yang dipergunakan akibatnya dari segi promosi hingga produksi Adaptasi Game to Movie seringkali berakhir dengan Gimmick (aspek untuk menarik perhatian audiens) yang tidak sesuai dan membingungkan.
Dari sinilah masalah berantai yang akhirnya membentuk pola kesalahan berulang akhirnya terbentuk. untuk bisa mengerti maksud saya mari kita lompat ke pembahasan kedua.
2. Melenceng terlalu jauh dari Source Material
Source Material merupakan Sumber Asli yang membentuk Aspek yang begitu khas dan original dari suatu media, disini Video Game. bisa anda lihat atau ingat kembali bahwa Resident Evil versi Film layar lebar merupakan salah satu contoh sempurna dari permasalahan diatas.
Unsur yang membawa anda kepada Survival Horror dalam versi Gamenya mendadak absen dan dipermak menjadi Film dengan nuansa Action yang beringas dan tak terarah secara konsep. cukup menghibur melihat penampilan Chris Redfield dan Jill Valentine dengan suasana berbeda di beberapa series versi movienya dan berujung pada banyaknya pihak terutama fans fanatik yang mengeluhkan hal tersebut.
Hal ini besar kemungkinan diakibatkan oleh kurangnya pemahaman tim produksi untuk memahami materi sumber yang terdapat di fomat Gamenya sendiri sehingga outputnya menjadi tidak jelas sehingga eksekusinya bisa kita lihat ketika perilisan.
3. Pemilihan Staff yang kurang tepat
Tentunya hal ini berbanding lurus dengan kompetensi para Staff yang Professional di bidangnya. Lebih lanjut lagi, saya ingin menyinggung aspek teknikal dalam pembuatan film khususnya Game to Movie. Sedihnya memang, para pihak yang sering menggarap adaptasi model seperti ini datang dari orang orang yang saya rasa kurang memahami aspek dari materi pembuatan dibuatnya sebuah game tertentu. Akhirnya, sewaktu eksekusi dijalankan Outputnya cenderung menjadi berantakan.
Take C: Action!!! Bagaimana Seharusnya Sebuah Game to Movie Dibuat?
Oke, setelah cukup puas mengeluarkan uneg – uneg yang cukup menguras pikiran kurang afdol rasanya kalo tidak saya tutup pembahasan ini dengan tawaran solutif yang dimaksudkan untuk menyeimbangkan berbagai kritik yang saya lontarkan barusan. Ada beberapa solusi yang bisa para tim ambil sebenarnya supaya kedepanya penyajian Game to Movie dapat optimal atau mungkin lebih baik :
-
Menghormati source material dengan mempertahankan elemen inti dari game tersebut, termasuk karakterisasi dan world building yang akan dibangun namun dengan penyesuaian format yang mampu menyeimbangkan mood penggemar ataupun penikmat movie.
-
pemilihan Staff yang mumpuni dan memiliki kompetensi dan product knowledge bisa dilakukan. memang terlihat begitu rumit namun dampaknya bisa dirasakan ketika produksi dimana nantinya semua aspek dalam format gamenya jadi lebih jelas dan terarah dan hal ini juga bermanfaat untuk menentukan talent yang mampu menjiawi perananya lebih maksimal sehingga kualitas film menjadi benar- benar sesuai dengan harapan
-
Menyajikan improvisasi adalah fase lanjutan setelah dua hal diatas sudah terpenuhi. artinya dengan menambahkan pernak pernik yang mampu menarik minat audiens di tahap ini adalah sebuah langkah kreatif nan bijaksana. dengan memberikan improvisasi baik dari segi pemasaran maupun penambahan aspek dalam film yang tidak berlebihan respon pasar baik para penggemar lama maupun penonton mampu dibungkus dengan baik.
Ingin Tahu Informasi tentang Pop Culture dan Lifestyle lainnya? Cek terus Yunoya Media dan like fanpage Facebook Yunoya Media di sini, ya!