Sudah satu bulan film Birds of Prey menghiasi layar bioskop. Namun sayangnya, kepopuleran karakter Harley Quinn tak mampu mendongkrak pendapatan filmnya yang terhitung rendah. Lantas apa yang menyebabkan Birds of Prey sepi penonton?
Hingga artikel ini ditulis, Birds of Prey telah mendulang total $197 juta di box office. Angka ini tentunya jauh dari sukses jika mengingat budget filmnya yang berkisar $82-$100 juta. Bahkan beberapa pihak pun menyebut, Birds of Prey adalah film yang gagal secara finansial alias flop. Padahal di balik performa negatif tersebut, film DC Extended Universe sebenarnya menuai banyak ulasan positif dari kritikus.
Hal ini pun membuat kita bertanya-tanya bagaimana bisa Birds of Prey mengalami kegagalan, di saat pendahulunya Suicide Squad yang amburadul malah sukses. Nah, lewat artikel ini, Yunoya Media mencatat tiga alasan yang disinyalir jadi biang kegagalan Birds of Prey. Apa saja itu?
1. Judul Film yang Tidak Tepat
Dengan judul Birds of Prey, wajar penonton kasual tak menyadari kehadiran Harley Quinn, yang merupakan daya tarik terbesar film ini. Seolah mengetahui banyak penonton yang salah persepsi, Warner Bros. kemudian mengganti judul filmnya menjadi Harley Quinn: Birds of Prey di jaringan bioskop Amerika Serikat.
Seiring Harley Quinn menjadi karakter utama di filmnya, judul baru ini pun diharapkan dapat meningkatkan penjualan tiket. Namun langkah studio dinilai sudah terlambat, dan banyak pihak mempertanyakan kenapa judul baru ini tak diusung sejak awal.
2. Rating yang Keliru
Birds of Prey diketahui menjadi film pertama DCEU yang berating R. Dengan rating tersebut, artinya film ini hanya boleh disaksikan penonton berumur 17 tahun ke atas.
Nah, mengingat penggemar Harley Quinn juga banyak yang berasal dari kalangan remaja, bisa dibayangkan besarnya pangsa pasar yang dilewatkan studio. Terlebih setelah menonton Birds of Prey, saya merasa rating R ini sedikit dipaksakan, karena konten dewasa di filmnya hanya sebatas kata-kata kasar dan tak ada adegan brutal maupun vulgar.
Jadi singkat cerita, pemilihan rating R adalah blunder kedua Birds of Prey, karena sebenarnya ia bisa menjadi film PG-13 tanpa harus mengorbankan kualitas.
3. Marketing yang Kurang Efektif
Jika bicara soal marketing film, maka hal yang sering dibahas adalah trailer.
Trailer Birds of Prey harus diakui berhasil menangkap atmosfer filmnya yang menyenangkan dan penuh warna. Namun yang menjadi masalah, trailer ini terlalu fokus pada Harley Quinn, sehingga kehadiran karakter lainnya jadi terkesan tidak penting. Padahal sebenarnya anggota Birds of Prey seperti Black Canary dan Huntress punya peran signifikan, yang membuat aksi mereka mencuri perhatian dan menambah keseruan filmnya.
Oleh karena itu, seharusnya trailer ini bisa memberikan porsi yang seimbang untuk semua anggota Birds of Prey, dan tak terbatas pada Harley Quinn saja. Bagi pembaca komik maupun penonton serial Arrow yang sudah mengenal karakter Black Canary, mungkin bisa menerima konsep trailer filmnya. Namun bagaimana dengan penonton awam yang jumlahnya lebih banyak? Disitulah marketing Birds of Prey kurang efektif dalam menjalankan tugasnya.
Well, itulah tadi tiga faktor yang ditengarai jadi penyebab Birds of Prey kurang sukses. Bagaimana menurut kamu? Apakah tiga alasan tadi memang mencederai performa finansial Birds of Prey?
Ingin tahu informasi tentang Pop Culture dan Lifestyle lainnya? Cek terus Yunoya Media dan like fanpage Facebook Yunoya Media di sini, ya!