Setelah debut sejak pertengahan bulan lalu, The Lion King live-action kini berhasil memecahkan rekor sebagai film terlaris Disney!
Dengan pendapatan yang sejauh ini telah mencapai $1.33 miliar, The Lion King tak hanya sukses merebut tahta Frozen ($1.27 miliar) sebagai film animasi terlaris sepanjang masa. Tetapi juga menyandang predikat sebagai film terlaris Disney yang bukan berasal dari brand Marvel, Star Wars dan Pixar.
Tak berhenti sampai disitu, The Lion King juga mengalahkan Beauty and the Beast ($1.25 miliar), sebagai film live-action terlaris Disney yang diadaptasi dari film animasi.
Terlepas dari semua rekor itu, sebagian besar dari kita mungkin heran kenapa The Lion King malah dinobatkan sebagai film animasi terlaris, padahal format yang ia usung kan live-action.
Nah, jika kamu termasuk orang yang berpikir demikian, maka ada jawaban yang tepat untuk pertanyaan kamu. Yaitu, The Lion King kini menempati posisi 12 dalam daftar film live-action terlaris sepanjang masa, melampaui Jurassic World: Fallen Kingdom dan Star Wars: The Last Jedi.
Bicara soal performa box office The Lion King, sebagian besar pendapatannya diperoleh dari luar Amerika. Untuk domestiknya sendiri, The Lion King telah mengumpulkan $473 juta, dan masih di belakang Incredibles 2 ($608 juta) dan Finding Dory ($486 juta).
Namun karena baru tayang empat minggu, masih ada peluang bagi The Lion King untuk menyalip kedua judul tersebut, dan menjadi film animasi terlaris di Amerika.
The Lion King disutradarai Jon Favreau, yang sebelumnya sukses membidani sesama film live-action Disney The Jungle Book. Layaknya versi film animasi, live-action ini menceritakan lika-liku perjalanan Simba untuk menjadi raja.
Kendati menuai respon yang tergolong divisif dari kalangan kritikus, live-action ini sebenarnya cukup dinikmati penonton. Terbukti di situs Rotten Tomatoes, The Lion King menorehkan skor 88% dari penonton, sedangkan untuk rating kritikusnya hanya mentok di angka 52% saja.
Polarisasi di kalangan pengamat film ini mungkin tak lepas dari debat kusir apakah The Lion King termasuk live-action atau animasi.
Pasalnya, seluruh adegan di filmnya (kecuali satu adegan di awal) dibuat dengan teknologi photorealistic CGI, yang secara teknis adalah animasi. Efek digital ini pun dinilai menghilangkan ekspresi para karakter termasuk singa, yang disebut jadi kekurangan terbesar filmnya.
Namun di sisi lain, Favreau pernah mengungkapkan ia menyelipkan satu adegan murni live-action, untuk melihat apakah penonton dapat membedakannya dengan adegan photorealistic atau CGI.
Kontroversi The Lion King pun makin kencang setelah belakangan ini, muncul isu bahwa Disney memplagiat cerita anime klasik Kimba the White Lion.
Tudingan ini muncul bukannya tanpa alasan. Karena Kimba hadir duluan pada 1965, sementara Disney baru mengeluarkan film animasi The Lion King pada 1994.
Apapun itu, kesuksesan The Lion King semakin meningkatkan peluang Disney, untuk jadi studio pertama yang meraup $10 miliar di box office dalam satu tahun. Sejauh ini, studio raksasa itu telah menorehkan $7.67 miliar, dengan bermodal Captain Marvel, Aladdin, Avengers: Endgame, Toy Story 4 dan The Lion King.
Berikutnya, masih ada dua film yang berpotensi mengukuhkan status Disney sebagai studio terbesar di 2019, yakni Frozen 2 (22 November) dan Star Wars: The Rise of Skywalker (20 Desember).
Sumber: Forbes
Ingin tahu informasi tentang Pop Culture dan Lifestyle lainnya? Cek terus Yunoya Media dan like fanpage Facebook Yunoya Media di sini, ya!